CIMSAlert : dr. Alvin Saputra

Hi, CIMSA!

Balik lagi dengan CIMSAlert edisi terbaru untuk bulan ini. Pernah gak sih kalian dengar tentang “Hustle Culture” atau fenomena budaya gila kerja yang belakangan ini sedang marak didiskusikan. Well, pada kesempatan kali ini kami, mendapatkan kesempatan yang luar biasa untuk membicarakan topik ini dengan seseorang yang terjun ke segala bidang dan juga memang terpapar langsung dengan dampaknya budaya ini, siapa lagi kalau bukan    alumni kami yang luar biasa, dr. Alvin Saputra. Singkatnya, beliau merupakan seorang General Practitioner yang juga saat ini sedang mendalami bidang entrepreneurship. Kak Alvin ini merupakan founder salah satu bimbel kedokteran yang terkenal dan ternama di Indonesia yakni Bimbel Asclepio. Keren banget kan? Yuk, simak lebih lanjut cerita interview tim kita dengan Kak Alvin.

Kak Alvin pastinya tau banget kan tentang Hustle Culture kalau pendapat Kak Alvin sendiri tentang fenomena hustle culture ini bagaimana?

Singkatnya, kayaknya ini merupakan sebuah culture yang keliatan baru happening banget saat pandemi. Fenomena budaya gila kerja itu capek dan sering sekali membuat kita burn out dengan apa yang kita kerjakan. Ya karena terlalu banyak yang kita kerjakan di saat yang bersamaan, ditambah lagi dengan aplikasi-aplikasi yang kita pakai saat ini jadi tidak ada batasan waktu. Sulit juga untuk menolak dan bersantai karena every minute of it bisa dipakai kerja dimanapun. Akan tetapi, sisi positif dari hustle culture ini menurutku adalah kita jadi haus untuk mencari experience, selalu searching for more. Di salah satu sisi ini baik tapi juga buruk. Dengan fokus bekerja maka sosialisasi juga berkurang, me time berkurang, mau istirahat merasa bersalah, mau nonton cuma 1 jam merasa bersalah. Intinya semua bergantung dan kembali lagi ke diri masing-masing.

Sebagai seseorang yang istilahnya terjun di berbagai banyak hal (menjadi dokter, entrepreneur dan sebagainya) apakah kadang kak Alvin pernah ngerasa burn out?

Pernah pada waktu itu aku ngerasa ada titik yang aku bener-bener udah overwhelmed sama semua hal. Cara aku mengatasinya adalah travelling all by myself selama seminggu tidak bertemu orang, bersatu dengan alam, reconnect with myself. Selain itu, kita harus tahu kapan untuk berhenti, bisa dengan hal-hal sederhana seperti nyalakan airplane mode hp, intinya menjauhkan diri dari pusat kesibukan. Nah, by doing even the simplest thing seperti itu burn out bisa mulai mereda. Lalu, dengan kita melakukan hal yang kita suka bisa memunculkan inspirasi dan ide. Kalau tidak mengatasi burn out, tidak bisa menjalani hustle culture, malah jadi stuck. Intinya stop melakukan kesibukan itu dan lakukan dulu apa yang kamu suka.

Apakah penting bagi kita untuk set boundaries (batasan) antara work-life balance terutama antar coworkers?

Menghindari hustle culture tuh gabisa, hustle culture itu penting supaya kita tidak gampang puas dengan result yang kita berikan dan selalu berproses, tapi bagaimana membuat staf-staf yang tidak memiliki kepribadian yang sama.Memang berat tapi yang pertama, bagaimana kita bisa me-manage orang tersebut untuk bisa bekerja sama dengan kita dengan sebaik-baiknya, kita bisa mengerti orang tersebut, kenalan dulu sampai benar benar kenal sifatnya dan harus sesuaikan dengan kebutuhan mereka agar mereka bisa memberikan impact yang kita inginkan. Selain itu garis bawahi, tidak boleh ada waktu yang terbuang. Hal-hal seperti ini yang perlu diberi tahu ke teman-teman yang bekerja bersama kita agar bisa memahami dan bekerja dengan ritme yang sama.

Bagaimana cara menghindari efek samping (negatif) dari hustle culture?

Untuk menghindari hustle culture yang negatif (kerja bikin cape dll), pertama buat to do list dengan apa yang mau kita achieve di hari itu, maksimal buat to do list itu malam hari sebelum tidur, jadi semua ada rundownnya dan semua bisa ter check list dan tidak ada yang miss dan bisa terakomodasi dengan baik. Kalau tidak seperti itu kita mudah lupa dan terdistraksi sehingga cenderung untuk procrastinate.

Untuk closing statement, apakah Kak Alvin punya pesan terutama untuk para pendengar di luar sana yang mungkin sangat terdampak oleh hustle culture ini?

Menurut aku, penting untuk kita bisa memahami antara work-life balance, ingat bahwa achieving your goals in life is important but do it at your own pace and enjoy it. Pahami diri kamu dan kapan waktunya untuk berhenti karena jika terlalu memaksa juga, percayalah hasil dari kerja kamu tidak akan maksimal karena pasti akan dilakukan juga dengan setengah usaha dan setengah hati.

Well, that wraps it untuk interview kita dengan Kak Alvin. Terima kasih banyak kak untuk kesempatannya bisa membahas topik ini!

Untuk teman-teman CIMSA semua don’t forget to check out artikel-artikel CIMSAlert yang berikutnya ya dan tentunya jangan lupa untuk BE ACTIVE WITH CIMSA!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *